Digitalbisnis.id – Iran merupakan salah satu negara terbesar di kawasan Timur Tengah. Hingga saat ini negara tersebut mendapatkan sanksi ekonomi dari beberapa negara Barat. Meski demikian, Iran tetap mampu menunjukan diri sebagai negara berdikari dengan pertumbuhan ekonomi yang sangat bagus dan pesat.
Bahkan beberapa tahun lalu Iran telah berhasil menempatkan diri sebagai negara ke-16 paling maju dalam bidang ekonomi di seluruh dunia. Sedangkan pada tingkat yang lebih kecil yaitu regional, negara ini berada pada urutan paling atas terhadap pertumbuhan ekonominya. Nilai kenaikan index-nya lebih dari 6,5%, membuat posisinya semakin bertambah kuat di kawasan Timur Tengah.
Sekilas tentang Kondisi Perekonomian Iran
Sejak revolusi tahun 1979, pemerintah Iran selalu menjadikan sektor perekonomian nasional sebagai salah satu pokok perhatian paling utama. Pada era sebelum revolusi, Iran tergantung pada Amerika dan negara-negara Barat.
Tetapi sebaliknya setelah ada revolusi dan berubah dari negara kerajaan jadi republik, negara Amerika beserta beberapa negara Eropa selalu memberi tekanan melalui berbagai cara. Salah satunya adalah embargo ekonomi yang terus berlangsung sampai sekarang.
Meski demikian, Iran tetap berusaha sekuat tenaga agar mampu mencapai kemandirian dalam sektor industri dan pertanian. Upaya dan kerja keras ini menghasilkan sebuah prestasi besar. Negara tersebut berhasil memproduksi gandum sendiri yang merupakan makanan pokok bagi masyarat setempat. Bahkan sebagian hasil pertanian gandumnya sudah diekspor ke beberapa negara lain.
Bukan itu saja, Iran juga sukses mengurangi ketergantungannya terhadap sumber pendapatan dari minyak. Kurangnya ketergantungan tersebut menyebabkan negeri para Mullah ini tetap dapat meningkatkan kondisi perekonomian nasional mereka meski harga minyak dunia terus mengalami fluktuasi yang tinggi.
Kemajuan lainnya yang berhasil diraih Iran dalam bidang ekonomi adalah peningkatan nilai investasi asing. Demikian pula dengan kegiatan dagang atau ekspor impor dengan negara lain juga terus meningkat dari waktu ke waktu.
Nilai Perdagangan Iran dengan Dunia Internasional dan Indonesia
Pada tahun 2010 saja, nilai perdagangan internasional Iran dengan negara-negara yang tidak memberinya sanksi ekonomi mencapai angka 238,5 milyar US Dollar. Kemudian pada tahun 2011 terjadi peningkatan yang begitu tinggi sebesar 30,36% atau 198,9 milyar US Dollar.
Hal ini merupakan suatu bukti nyata jika Iran merupakan negara yang sangat potensial untuk dijadikan pangsa pasar ekspor atas berbagai macam produk, termasuk dari Indonesia. Saat ini nilai prosentase atau perbandingan perdagangan Indonesia – Iran dan Iran – negara lain hanya sebesar kurang lebih 0,62% saja tapi dengan posisi surplus untuk Indonesia.
Di negara Iran, Indonesia tercatat sebagai negara eksportir atau pemasok produk yang berada pada urutan nomor 29. Di atasnya ada beberapa negara Asia Tenggara lain seperti Singapura, Malaysia, dan Singapura. Apabila dilihat dari urutan nomor pemasoknya, Indonesia memang hanya memiliki peran yang sangat kecil dibanding negara-negara eksportir lainya.
Akan tetapi, pada sisi yang lain peran Indonesia kepada negara-negara eksportir atau pemasok tersebut tergolong besar. Sebagai contohnya Uni Emirat Arab (UAE) mempunyai prosentase yang sangat besar, yaitu 26,62% atas kegiatan dagangnya dengan Iran. Tapi perlu dicatat pula bahwa sebagian besar produk-produk dari UAE yang dieskpor ke Iran merupakan hasil impor dari beberapa puluh negara lain termasuk Indonesia.
Produk Ekspor Indonesia ke Negara Iran
Dari Indonesia, produk yang sudah berhasil diekspor ke negara Iran terdiri dari puluhan jenis. Beberapa di antaranya adalah minyak sawit, kertas dan karton, rokok, serat tiruan, karet alam, minyak atau lemak nabati, ban vulkanisir, vaksin manusia, sepeda motor, teh hitam, detergen, sabun organik, dan sebagainya.
Karet
Dari sekian puluh produk yang diekspor dari Indonesia ke negara Iran tersebut, karet menjadi salah satu komoditas andalannya. Impor karet yang dilakukan Iran dari seluruh dunia adalah sebesar 0,98 milyar US Dollar pada tahun 2011.
10 negara pengekspor terbesarnya adalah UAE, China, Malaysia, Singapura, Kuwait, Korea Selatan, Jerman, Turki, Thailand dan Swiss. Sedangkan Indonesia berada di urutan 16 dengan nilai total sebesar 7 juta US Dollar. Jumlah ini memang tergolong kecil. Akan tetapi, kegiatan ekspor karet dan olahan produk karet dari Indonesia pada negara-negara pengekspor tersebut sangat besar dengan nilai total lebih dari 200 milyar US Dollar.
Mutiara, logam dan batu permata
Selain yang disebutkan diatas, Iran juga menjadi pengimpor mutiara, logam dan batu permata dengan nilai transaksi yang juga cukup besar. Negara pemasok utamanya adalah UAE, China, India, Inggris, Italia, Korea Selatan, Hongkong, Turki, Thailand dan Austria. Indonesia hanya berada di urutan 29, jauh lebih rendah dibanding Singapura dan Philiphina.
Adapun jenis produk-produk olahan mutiara, logam dan batu permata Indonesia yang sering dan laku diekspor ke Iran antara lain bubuk batu mulia atau semi mulia, batu mulia utuh, koin serta yang lainnya. Selain itu masih ada perhiasan imitasi, platinum, skrap logam mulia, emas tempa, perhiasan perak dan mutiara alam.
Produk hewani dan lemak nabati
Sama dengan produk lainnya, kegiatan impor negara Iran terhadap produk hewani dan lemak nabati juga selalu mengalami peningkatan yang signifikan. Di negara tersebut, produk-produk tersebut diolah kembali kemudian dijual lagi atau diekspor dalam bentuk produk jadi. Produk jadi ini antara lain minyak sayur, margarine, palm oil, minyak zaitun, minyak kelapa dan lain sebagainya.
Sebenarnya Iran sudah memiliki pemasok dari dalam negeri sendiri untuk mengolah berbagai macam produk hewani dan lemak nabati. Tetapi sebagian besar produsennya tetap tergantung pada bahan baku yang hanya bisa diperoleh melalui jalur impor. Sebagian bahan baku inilah yang didatangkan dari Indonesia meski di antaranya melalui jalur negara lain terutama UEA.
Peluang dan kendala
Selama ini pemerintah Indonesia terus berusaha meningkatkan nilai transaksi ekspor produk-produk ke negara Iran. Upaya ini harus mendapat dukungan penuh dari lembaga keuangan, khususnya perbankan melalui sistem kerjasama birateral. Sehingga lembaga tersebut mampu memberi fasilitas transaksi antar pelaku usaha di kedua negara.
Salah satu kendala paling utama yang dihadapi oleh Indonesia untuk menaikan ekspor ke Iran memang berkaitan erat dengan urusan mekanisme pembayaran. Hingga saat ini pembayaran atas transaksi ekspor impor antara Indonesia dan Iran harus melalui negara lain, seperti UEA, Malaysia, dan Turki.
Berdasarkan hal inilah Bank Indonesia dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) diharapkan dapat menjalin hubungan yang lebih erat dan kuat dengan lembaga perbankan di Iran. Sehingga di masa yang akan datang akan mampu memberikan fasilitas keuangan, sehingga semua produk Indonesia makin banyak yang bisa diekspor ke Iran.
Apalagi sebelumnya kedua pihak pemerintah juga sudah mencapai sebuah kesepakatan untuk terus berusaha meningkatkan kerjasama ekonomi dan perdagangan antar negara. Hal ini tentu memunculkan optimisme lebih tinggi bagi para pelaku bisnis.
Selain itu, melalui sistem kerjasama birateral tersebut, transaksi bisnis dengan Iran tidak akan perlu lagi menggunakan jalur negara lain. Jadi ekportir Indonesia bisa menjual atau mengirim produknya ke Iran secara langsung.
Jika sebelumnya sering dipandang sebelah mata, saat ini Iran dapat dijadikan sebagai negara alternatif untuk memasarkan produk-produk Indonesia. Bahkan hal ini merupakan antisipasi atas turunnya permintaan dari beberapa negara yang sebelumnya jadi mitra utama Indonesia, namun sedang mengalami kelesuan ekonomi.