Digitalbisnis.id – Sejak beberapa tahun lalu Kemendag (Kementrian Perdagangan) sudah menyatakan tekadnya untuk menjadikan negeri ini sebagai barometer atas produk-produk fashion khususnya busana muslim di tingkat dunia. Salah satu usaha yang telah dijalankan adalah penyelenggaran suatu ajang bertajuk Muffest (Muslim Fashion Festival) yang digelar pada tahun 2016 di Jakarta.
Terkait dengan tekad tersebut, pemerintah sangat optimis apabila niat yang sangat bagus ini bisa secepatnya diwujudkan dan direalisasikan. Apalagi jika melihat kenyataan bahwa negara Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk tampil sebagai pusat industri fashion muslim di tingkat internasional.
Modal Utama dan Perkembangan Industri Fashion Muslim Indonesia
Untuk mewujudkan tekad dan cita-cita itu, sebenarnya Indonesia sudah mempunyai 3 modal utama. Masing-masing yaitu sumber daya alam, ketrampilan atau kreatifitas serta yang paling adalah budaya. Ketiganya merupakan alat yang bisa dijadikan sebagai peluang dengan tujuan menguasai pasar global khususnya kawasan Asia.
Sejak tahun 2011 hingga sekarang ini, industri busana dan fashion muslim di Indonesia selalu mengalami kenaikan dengan rata-rata hingga 8,15%. Sedangkan nilai ekspornya juga naik di angka yang lumayan menggembirakan, 3,87%.
Selain itu, pada tahun 2015 lalu, kegiatan ekspor atas produk-produk fashion Indonesia sukses menembus angka sekitar 4,57 milyar US Dollar. Jika dirupiahkan nilai tersebut menjadi 58,5 trilyun rupiah.
Prestasi dan kenaikan ini merupakan suatu bukti jika produk fashion Indonesia sudah mampu menenuhi standar internasional. Jadi dapat disimpulkan, tidak terlalu sulit bagi para pebisnis fashion muslim Indonesia untuk menghadapi persaingan dengan negara-negara lain.
Kelebihan Fashion Muslim Indonesia di Mata Internasional
Dibanding negara lainnya Indonesia dianggap lebih layak dan lebih siap untuk menjadi kiblat fashion muslim dunia. Tidak hanya pemerintah dan pelaku usahanya saja tapi pasar Indonesia juga dipandang sudah mampu menguasai sektor industri tersebut.
Banyak pengamat mode internasional yang berpendapat bahwa hasil rancangan baju muslim di Indonesia itu sangat mudah diikuti. Gaya desain dan modelnya cenderung mudah diterima dan dikenakan oleh semua kalangan muslim seluruh dunia.
Bahkan lebih dari itu, tidak sedikit pemerhati dan pengamat busana muslim luar negeri yang suka mengambil gagasan busana muslim hasil rancangan desainer Indonesia untuk membuat artikel. Salah satu alasan utamanya adalah desain baju muslim Indonesia terkesan lebih netral dibanding fashion sejenis dari negara lain.
Misalnya penggunaan burka menutup semua bagian wajah atau pemilihan warna yang serba hitam dan sebagainya. Sangat berbeda dengan fashion muslim dari Indonesia yang desainnya terkesan lebih modern, modis dan mampu membuat penggunanya jadi terlihat lebih feminim dan cantik tanpa meninggalkan syariah.
Standardisasi dan Dukungan
Agar cita-cita untuk menjadikan Indonesia sebagai pengekspor utama busana muslim dunia dapat direalisasikan, semua pihak harus mau bekerja sama untuk memajukan industri di sektor ini. Mulai dari pihak pemerintah, pelaku usaha, desainer baju muslim dan pihak-pihak terkait yang lain diharapkan bisa saling memberi dukungan.
Terkait dengan hal ini, Kementrian Perindustrian sudah menerbitkan buku khusus yang berisi tentang petunjuk standardisasi busana di Indonesia. Adapun maksud dari standardisasi ini antara lain adalah berhubungan dengan material atau bahan produksinya, teknik pewarnaan, metode penjahitan dan sebagainya.
Selain itu, sejak dulu pemerintah juga sudah memberi bantuan dalam bentuk subsidi, terutama bagi pelaku usaka kecil menengah (UKM) untuk membeli mesin produksi. Meski subsidi dan bantuan ini mungkin dirasa belum maksimal, namun setidaknya dapat membuat pelaku usaha makin giat memajukan bisnisnya.
Bagi pelaku usaha maupun perusahaan garmen yang jumlah karyawannya mencapai 30 orang atau lebih, pemerintah akan memberi subsidi sebesar 70% untuk membeli mesin. Tapi dengan syarat, mesin tersebut harus dibeli di Indonesia. Sedangkan untuk mereka yang lebih memilih mesin impor, subsidi yang diberikan adalah sebesar 30%.
Dukungan lainnya yang diberikan pemerintah adalah diwujudkan dalam bentuk pelatihan dan pendampingan. Program ini ditujukan kepada desainer-desainer daerah di beberapa provinsi selama 6 bulan. Setelah mengikuti program tersebut, diharapkan mereka mampu menciptakan desain busana muslim baru yang lebih bagus dan berkualitas tinggi.
Pangsa Pasar
Indonesia merupakan negara nomor 5 yang tercata sebagai pengguna busana muslim terbesar di seluruh dunia. Sedangkan urutan teratas diduduki oleh Turki. Setelah itu, disusul oleh Uni Emirat Arab (UEA) dan Nigeria. Sementara itu, Arab Saudi berada di posisi keempat. Negara-negara Asia inilah yang dapat diandalkan sebagai pangsa pasar ekspor produk fashion muslim Indonesia di Asia.
Selain itu, Malaysia, Tiongkok, dan Jepang juga dapat dijadikan sasaran untuk memperluas pangsa pasar. Bahkan khusus untuk Tiongkok permintaannya lumayan besar meski sebagian di antaranya akan dijual lagi ke negara lain atau reekspor.
Akan tetapi, sebelumnya harus disadari, masing-masing negara pasti memiliki keinginan dan selera yang tidak sama dalam mengggunakan busana muslim. Hal inilah yang harus dipelajari secara lebih mendalam oleh para produsen dan eksportir fashion muslim di Indonesia. Meski laku keras di tanah air, belum tentu baju muslim tersebut dapat diekspor ke negara lain.
Tantangan
Banyak pihak yang yakin bahwa mimpi untuk mewujudkan Indonesia sebagai kiblat dan ikon fashion muslim dunia dapat dijalankan. Namun bukan berarti tidak ada tantangan yang harus dilalui. Setidaknya ada 5 masalah terpenting yang harus dihadapi secara bersama-sama oleh pemerintah dan pelaku usaha.
- Bahan Baku
Selama ini Indonesia masih harus mengimpor sebagian besar bahan baku pembuatan busana muslim terutama kain jenis sutera dan katun. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah sudah mendirikan lembaga khusus agar harga kedua komoditas tersebut dapat dikendalikan. Namun sayangnya upaya yang dijalankan ini belum menunjukan hasil yang menggembirakan.
- Teknologi
Sebenarnya Indonesia tetap mempunyai teknik penciptaan kain yang sangat bagus. Tapi yang menjadi kendala adalah, kain tersebut tidak dapat diproduksi secara massal. Selama ini masih banyak masyarakat yang hanya mengandalkan alat tenun bukan mesin (ATBM). Jadi tingkat produksinya masih sangat rendah.
- Sumber Daya Manusia (SDM)
Meski banyak masyarakat Indonesia yang tertarik terjun di dunia fashion, tapi sebagian besar di antara mereka hanya sekadar ikut-ikutan saja. Menghadapi masalah ini, sudah ada beberapa ahli desain baju yang mengadakan acara pelatihan agar industri fashion muslim tanah air bisa dimajukan dan dikembangkan secara lebih optimal.
- Pemasaran
Masih banyak pelaku usaha kelas UKM yang menemukan hambatan dalam urusan pemasaran produk terutama untuk pangsa pasar ekspor. Meski hasil produksinya memiliki kualitas bagus tetapi tidak ada manfaatnya jika tidak ada dukungan pemasaran yang baik. Penyelenggaraan pameran dan program kemitraan merupakan cara terbaik untuk mengatasi masalah ini.
- Permodalan
Masalah yang selalu dipandang klise dalam bisnis adalah permodalan. Banyak pelaku usaha di bidang fashion yang tidak memiliki akses untuk mengajukan kredit di bank. Dalam hal ini, sebenarnya sudah banyak lembaga yang dapat memberi bantuan baik dalam bentuk pinjaman lunak. Jadi tinggal mengoptimalkan saja fungsinya.
Jika semua permasalahan diatas bisa terselesaikan semuanya, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi negara produsen dan pengekspor produk fashion nomor satu dunia. Tetapi tentu saja, semua juga harus menyadari bahwa untuk merealiasikan keinginan tersebut butuh kerja keras dan sifat pantang menyerah.