Digitalbisnis.id – Salah satu jalan untuk mencapai tujuan jadi kaya, tak lain mereka harus dengan gagah berani terjun jadi entrepreneur / wiraswasta / Wirausaha alias melakukan usaha bisnis hingga sukses.
Istilah `Entrepreneur’ sendiri berakar dari bahasa Latin, entre = masuk, pre = sebelum dan neur= pusat syaraf, yang definisinva adalah seseorang yang memasuki dunia bisnis (dengan mengubah pusat syaraf). Istilah Entrepreneur itu muncul pertama kalinya pada tahun 1755, ketika Richard Cantillon melakukan penelitian tentang kewirausahaan.
Sementara itu, kata `Wirausaha’ muncul setelah dikeluarkannya Inpres (Instruksi Presiden) RI, Nomor 4 Tahun 1995, tanggal 30 Juni, tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudidayakan Kewirausahaan.
Jauh sebelum itu, yakni pada awal tahun 1980-an, istilah `Wiraswasta’ sudah kita kenal sebagai turunan dart bahasa Sansekerta. Suku kata Wiraswasta’ yang terdiri dart Irira-sera-sta itu berarti wira = berani, berjiwa besar, gagah berani. Sedang sea = sendiri atau mandiri dan sta = tegak/berdiri.
Kini, kata ‘Entrepreneur’ sudah dipakai sebagai istilah internasional. Seorang entrepreneur dikenal umum sebagai orang yang memiliki
- Bakat dan hobi jual-beli (dagang) dan mampu mendapatkan hasil keuntungan dari hasil kerjanva tersebut. Dia juga mampu mencari peluang dan menciptakan pekerjaan bagi diri sendiri maupun orang lain, khususnya dalam usaha jasa atau barang yang unik dan dibutuhkan setiap orang, sehingga orang pun berminat untuk membeli.
- Tidak ada kata ‘gengsi’ dalam dirinva. Walau pendidikannva tinggi sekalipun, dia tielak malu menawarkan bisnisnya kepada orang lain dan tidak segan-segan mencari income melalui transaksi. Ketika tidak memiliki pekerjaan, dia juga tidak malu untuk menjadi seorang tukang bangunan, supir bus atau pekerjaan kasar lainnya. Misalnya sembari mencari peluang bisnis dan mencari pasar untuk bisnisnya yang akan datang.
- Tidak berjiwa konsumtif. Efisien dan bermanfaat ketika mengeluarkan uang. Senang menabung dan investasi.
- Banyak ide dan akal, bermental kuat, kreatif, inovatif dan punya cita –cita
- Keberanian menghadapi resiko (risk taker) dan resiko tersebut sudah dia perhitungkan. Tidak tekut untuk memanfaatkan modal apapun, guna menjalankan bisnisnya.
- Berani melakukan kompetisi, walau ada saingan bisnis lainnya ia tetap tangguh dan sabar menghadapi tantangan.
- Iapun belajar menjadi seorang pemimpin. Karena, sebelum ia menajdi pemimpin bagi orang lain ia harus mampu memimpin dirinya sendiri.
- Suka bergaul dan mengembangkan ide bisnis.
Yang disebut Entrepreneur, menurut Ir. H. Moko P. Astamoen dalam bukunya, ‘Entrepreneurship’ adalah mereka yang berstatus:
- Pedagang
- Saudagar
- Pengusaha
- Bisnisman
- Konsultan
- Industrialis
- Kontraktor
- Pialang (Broker)
- Pengusaha Waralaba / Franchise
- Investor
Langkah-langkah di atas dapat dilakukan oleh siapapun, kendati tidak semua orang punya bakat bisnis atau sebagai keturunan pebisnis. Tambahan, calon orang sukses adalah mereka yang berani hidup sembari berjihad guna meraih cita-citanya jadi kaya dan sukses.
Ada tiga jenis pejuang yang ingin rnencapai cita-cita tersebut. Semua itu ibarat tiga orang yang sama-sama ingin mendaki puncak gunung. Pendaki pertama disebut, Quiter. Ceritanya, ketika dia mulai mendaki ternyata sudah merasa gamang karena ketinggian gunung itu. Apalagi ketika ia merasakan licinnya bebatuan dan banyaknva marabahaya, maka ia pun memutuskan untuk berhenti (stagnasi) dan menyerah. Pendaki kedua, Camper adalah orang yang mulai mendaki dan mendaki. Namun di tengah perjalanan, dia menemukan tempat yang nyaman dan tenang, ia pun lantas berhenti. Tak ingin lagi sampai ke puncak. Sedang pendaki kctiga, Climber adalah orang yang sungguh-sungguh ingin mencapai puncak. Dalam pendakian itu tak peduli ada halangan apapun. Tekadnya tetap, ia harus mampu mencapai puncak.
Banyak sekali kendala atau rintangan yang akan dialami di dalam perjalanan, khususnya ketika scseorang sedang mendaki ditengah tangga keberhasilan. Sebab itu, dibutuhkan teori keseimbangan (Yin-Yang dari I-Ching atau Tawazun dalam ajaran Islam), sebagai somber kebijaksanaan hidup tak terkecuali dalam bisnis seperti berikut:
- Meski posisi Kamu rendah, tapi milikilah cita-cita tinggi.
- Jujurlah pada diri sendiri, pendakian Kamu akan lancar.
- Bersiaplah menghadapi kesukaran, sebab kesukaran merupakan jalan menuju kesuksesan. Seseorang mungkin akan mengalami kesukaran yang lama. Namun kalau semua itu menjadi pembelajaran, maka lahirlah kepuasan setelah semua berlalu.
- Jika seseorang hanya memikirkan keuntungan dan mengabaikan kemungkinan rugi, ia akan jatuh dalam kesukaran.
- Jika seseorang hanya tahu bagaimana bergerak maju dan tidak pernah tahu ada mundur, ia akan mencapai jalan buntu.
- Jika seseorang hanya memikirkan kesenangan hidup dan mengabaikan resiko hidup, penyesalan pun datangnya terlambat.
- Seseorang yang memahami prinsip ‘saat berada di puncak iapun bisa turun’ dapat dikatakan seperti orang yang datang dan pergi dengan bebas.
- Saling menolong adalah kerjasama dalam hidup.
- Jauhilah pertikaian, tahan emosi, Kamu tak ada kerugian menggantungkan diri paada orang lain.
- Jika melihat sesuatu dengan pandangan terbatas, kesimpulan pun akan terbatas dan subyektif.
- Jika sesuatu dijaga dalam ikatan yang sesuai dan keseimbangan Yin-Yang dipelihara, maka bisnis pun akan bertahan lama.
Tak pelak, mereka pun harus dengan gagah berani terjun jadi entrepreneur alais melakukan bisnis hingga sukses. Langkah ini dapat dilakukan seraya berjihad untuk meraih cita-cita. Sebab, tak mudah bagi seseorang untuk kaya raya hanya dengan menjadi orang gajian biasa. Maka hanya dengan jalan bernisnislah, ia dapat menentukan masa depan kesuksesan dan kekayaan sendiri.
“Sayangnya masih banyak orang yang beranggapan bahwa mencari kekayaan identik dengan uang, karena hal itu berarti orang tersebut tidak tahu makna kaya. Mereka bejerja semata-mata demi uang dan menajdi budak uang”(Robbert T.Kiyosaki dalam bukunya ‘Rich Dad, Poor Dad’).
Memang, hanya orang yang meyakini potensinya dan bisa memotivasi dirinya pribadilah, yang pada akhirnya akan menemukan jalan untuk menjadi kaya dan sukses. Kekayaan tersebut bisa berupa materi atau immaterial. Namun begitu, dia harus terus belajar cara memelihara dan menambah assetnya itu agar tetap hidup dan tidak stagnasi atau bangkrut.
Cara itu bisa dilakukan dengan memiliki `keyakinan bahwa rizki yang di dapatnya adalah juga untuk mensejahterakan sesama umat’. Misalnya, agar bisa membukakan peluang kerja, memberi manfaat kepada orang lain atau ikut serta dalam mensejahterakan masyarakat. Hal tersebut diyakini akan menambah jumlah kekayaannya. Pokoknva, dia mampu memanfaatkan kekayaannya itu untuk menjadi rizki bersama