Digitalbisnis.id – Sebagai negara kepulauan, 75% dari keseluruhan wilayah Indonesia berupa laut dengan total luas mencapai 5,8 juta km persegi. 0,3 juta km di antaranya merupakan laut teritorial, 2,8 juta lautan nusantara dan yang 2,7 juta km sebagai bagian Zona Ekonomi Eksklusif. Semuanya ini menyimpan kekayaan alam yang sangat luar biasa banyaknya.
Di antara kekayaan alam yang tersimpan di lautan Indonesia tersebut berbentuk tiram mutiara. Komoditas ini adalah produk yang masuk di sektor kelautan dan perikanan. Selain itu mutiara juga menjadi salah satu andalan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Nilai Ekonomi, Manfaat, dan Jenis-jenis Mutiara Laut
Sedikit berbeda dengan komoditas perikanan lainnya mutiara dimasukan dalam golongan non edible product atau produk yang tidak dimakan. Meski kapasitas produksinya termasuk kecil, namun komoditas ini memiliki nilai jual dan nilai ekonomis yang sangat tinggi.
Di tingkat dunia, permintaan atas produk ini selalu mengalami peningkatan. Kondisi ini telah melahirkan dorongan besar bagi negara-negara produsen mutiara guna meningkatkan volume dan kapasitas produksinya. Tidak terkecuali Indonesia, dengan tujuan agar mampu memenuhi kebutuhan internasinal atas produk tersebut. Adapun caranya adalah dengan sistem budidaya.
Dari segi ekonomi, manfaat yang diperoleh dari usaha budidaya tiram mutiara ini tidak hanya dirasakan dan dinikmati oleh perusahaan pengelolanya saja. Masyarakat lain, terutama yang tinggal di daerah pesisiran juga bisa ikut mendapatkan dampak positif atas kegiatan usaha ini. Misalnya pembukaan lapangan kerja dan menjadi pendorong bagi pertumbuhan UKM (Usaha Kecil Menengah).
Pada zaman dulu mutiara hanya boleh digunakan oleh para raja dan golongan bangsawan saja serta selalu dianggap sebagai sebuah simbol kekuasaan, status sosial dan kekayaan. Pada saat ini, mutiara memang masih sering dijadikan media untuk menunjukan kekayaan, keindahan dan kecantikan atas diri pemakainya.
Tapi penggunanya sudah tidak berasal dari golongan bangsawan saja. Masyarakat umum juga bisa mengenakannya sebagai bagian dari media penampilan diri atau fashion. Bukan itu saja, mutiara laut yang asli juga dapat digunakan untuk memproduksi obat-obatan, kosmetik serta bahan pembuatan cat.
Produk mutiara laut yang asli ini terdiri dari beberapa jenis warna seperti putih, perak, krem, pink atau merah muda, hijau, biru, kuning dan hitam. Selain itu, juga ada mutiara yang punya kombinasi beberapa warna sekaligus yang disebut mutiara rainbow atau mutiara pelangi. Lalu ada lagi mutiara berwarna keemasan, dinamakan golden colored.
Sentra Produksi dan Kelebihan Mutiara Laut Indonesia
Di Indonesia, kawasan yang dianggap paling potensial untuk mengembangkan budiaya tiram mutiara adalah perairan NTB atau Nusa Tenggara Barat. Daerah ini mempunyai sirkulasi dan pergantian air laut dari Samudera Indonesia yang sangat bagus. Hal ini mampu meningkatkan pertumbuhan zooplankton dan plankton secara optimal. Keduanya jadi bahan makanan utama siput sebagai penghasil tiram mutiara.
Menurut hasil riset yang dilaksanakan Departeman Kelautan dan Perikanan Indonesia, tiram mutiara yang berasal dari NTB bisa diklarifikasikan dalam 3 macam golongan. Yang pertama adalah golongan A dengan kualitas terbaik dan memiliki nilai jual paling tinggi hingga 1 juta rupiah untuk setiap gram.
Sedangkan golongan B atau berkualitas sedang, mempunyai nilai jual kurang lebih 150 ribu rupiah per gram. Kemudian yang terakhir golongan C, harganya sekitar 100 ribu rupiah setiap gram.
Jika dikombinasi dengan emas dan didesain dengan tampilan yang lebih menarik, tentu harga produk ini akan menjadi lebih mahal lagi. Bahkan bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah.
Selama ini mutiara hasil produksi provinsi NTB selalu laris terjual di pasar internasional dan yang paling tertarik dengan produk ini adalah bursa mutiara dunia yang ada di Hongkong dan Jepang. Sebab mutiara dari NTB dianggap sebagai mutiara yang kualitasnya paling bagus dan sempurna jika dibanding produk sejenis dari negara-negara lain.
Sebenarnya Jepang sendiri juga memproduksi mutiara, terutama mutiara hitam. Selain Jepang Tahiti juga mampu mengeluarkan produk yang sama. Meskipun demikian mutiara dari NTB tetap dianggap memiliki kualitas lebih bagus. Selain itu ukurannya juga lebih besar sekaligus mempunyai kilau yang sangat sempurna.
Kapasitas Produksi dan Pangsa Pasar
Saat ini lahan yang dikembangkan sebagai pusat budidaya mutiara laut di NTB memiliki luas total lebih dari 10 ribu hektar. Kapasitas produksinya antara 1,4 sampai 1,8 ton setiap tahun. Dari keseluruhan total produksi tersebut, sekitar 10% hingga 30% di antaranya dikirimkan ke Surabaya dan Jakarta. Dari kedua kota tersebut mutiara ini selanjutnya langsung diekspor ke negara-negara lain oleh para eksportir.
Selama ini Indonesia ada pada urutan kesembilan sebagai produsen dan pengekspor mutiara. Nilai penjualannya sekitar 29 juta US Dollar atau kurang lebih 2,07% dari total perdagangan mutiara seluruh dunia. Untuk kawasan Asia, pangsa utama produk mutiara Indonesia ini, yaitu Hongkong. Setelah itu, disusul Jepang, Korea Selatan, Thailand, India, Australia, dan Selandia Baru.
Potensi Pengembangan dan Peningkatan Produksi Mutiara
Meski masih tergolong kecil, namun nilai perdagangan mutiara Indonesia tetap bisa dinaikan secara maksimal. Negara ini memiliki dan menguasai hampir semua unsur utama pendukung produksi. Mulai dari lokasi untuk budidaya, teknologi, peralatan dan tenaga kerja, semuanya telah tersedia.
Selain NTB Indonesia masih mempunyai potensi besar untuk meningkatkan produksi mutiara laut dan mutiara air tawar. Saat ini masih banyak teluk dan pulau yang terlindung dari ombak laut, sehingga sangat pas dijadikan sebagai lahan pengembangan dan budidaya tiram mutiara.
Apalagi iklim dan kondisi lautan Indonesia selalu stabil bahkan tidak pernah terpengaruh oleh musim yang berubah-rubah. Ditambah lagi dengan alamnya yang juga selalu tetap dan tidak mengalami perubahan, membuat mutiara yang dihasilkan akan selalu berkualitas unggul.
Di Jepang, mutiara laut dapat diproduksi melalui proses yang membutuhkan waktu sekitar 8 bulan. Tapi di Indonesia, waktu yang dibutuhkan untuk memproses mutiara laut itu jauh lebih lama kurang lebih 2 tahun. Akan tetapi proses yang lama inilah yang menjadikan mutiara laut Indonesia memiliki mutu lebih bagus dan selalu diminati para penggemar perhiasan mutiara.
Dukungan dari Pemerintah
Di masa sekarang, pemerintah semakin giat memberi dukungan atas pengembangan industri mutiara laut. Misalnya pada tahun 2013 lalu telah dibangun pusat pembibitan atau broodstock centre tiram mutiara di wilayah Karangasem Bali. Selain itu, juga sudah diterbitkan peraturan khusus tentang standarisasi mutiara agar punya daya saing lebih tinggi di pasar dunia.
Langkah berikutnya, telah dibangun Rumah Mutiara Indonesia di area Bandara Internasional Lombok NTB. Pendirian Rumah Mutiara Indonesia ini bertujuan untuk mengukuhkan bahwa provinsi NTB merupakan sentra atau pusat mutiara, tidak hanya di Indonesia saja, namun juga dunia.
Tidak hanya cukup sampai di sini saja, pemerintah juga rajin membantu melakukan promosi mutiara NTB dan Indonesia yang sangat dikenal dengan sebutan South Sea Pearls (SSP) atau Mutiara Laut Selatan. Terutama sekali promosi untuk pasar ekspor di Asia dan Amerika serta Eropa.
Melalui dukungan ini, diharapkan mutiara laut dan hasil ekspornya bisa meningkatkan devisa dan pendapatan negara. Tetapi yang tidak kalah penting lagi adalah masyarakat terutama para tenaga kerja dan pelaku usaha di sektor tersebut juga akan ikut naik taraf hidupnya.