Digitalbisnis.id – Indonesia adalah negara yang kaya dengan aneka macam tanaman sayur. Hal ini merupakan suatu peluang emas bagi para petani dan pebisnis untuk mengekspor produk tersebut terutama di negara-negara kawasan Asia. Selera akan makanan sayur yang hampir sama adalah sebuah keuntungan tersendiri, sehingga semua produk sayur dapat diekspor ke berbagai negara.
Meski sempat mengalami kelesuan pada tahun 2014 lalu, namun sejak 2015 hingga sekarang pangsa pasar bagi produk holtikutura tersebut menunjukan geliat yang sangat menggairahkan. Hal ini terjadi seiring dengan makin membaiknya kondisi perekonomian dunia, khususnya di Asia.
Pangsa Pasar Sayur Indonesia di Asia
Beberapa waktu belakangan ini permintaan sayur dari Indonesia di hampir semua negara Asia selalu mengalami peningkatan. Apalagi mengingat jika sayuran Indonesia memiliki mutu dan kualitas bagus termasuk produk-produk hasil olahannya.
Singapura
Meski merupakan negara terkaya di Asia Tenggara, tapi Singapura tetap sering dibuat pusing terkait dengan terbatasnya lahan pertanian. Sehingga mereka kesulitan mencari produk sayur untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Selama ini kebutuhan tersebut bisa dipenuhi oleh Malaysia, Thailand, dan Tiongkok.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Hal inilah yang menjadi suatu peluang yang tidak boleh disia-siakan begitu saja. Singapura bisa dijadikan pangsa pasar ekspor utama sayuran maupun produk holtikutura lainnya sebab lokasi geografisnya sangat berdekatan. Sehingga sayur yang dijual ke negara tersebut bisa terjaga kesegarannya karena waktu tempuh pengirimannya juga lebih singkat.
Jepang
Meski letak geografisnya lebih jauh dibanding Singapura, ternyata Jepang juga bisa dijadikan pangsa pasar bagi sayur Indonesia terutama sekali jenis sayur siap saji. Banyak sekali pelaku bisnis di Jepang yang menaruh minat tinggi kepada produk-produk holtikutura dari Indonesia karena kualitasnya tidak kalah bagus dibanding dengan sayur dari negara lain.
Hingga sekarang Jepang masih sering kekurangan sayur siap saji. Sehingga peluang ekspor di negara tersebut masih terbuka lebar. Khususnya kedelai edamame, okra dan buncis. Talas dan ketela rambat juga punya peluang besar diekspor ke negara tersebut karena banyak penduduk Jepang yang sangat menyukai hasil olahannya.
Taiwan
Sama dengan Jepang, permintaan sayur Indonesia di Taiwan juga terbilang tinggi. Dari kota Malang Jawa Timur saja, mampu mengirim dan mengekspor sayuran ke Taiwan hingga 100 ton setiap minggu. Belum lagi dari daerah dan kota lain di seluruh Indonesia. Hal ini menjadi sebuah pertanda jika pangsa pasar sayuran di Taiwan sangat menjanjikan.
Jenis komoditas yang paling laku dan mudah dijual ke negara tersebut antara lain adalah sawi putih dan kubis. Selama ini permintaannya terus meningkat, bahkan banyak petani yang tidak mampu memenuhinya. Kekurangan pasokan ini merupakan kesempatan bagus untuk pebisnis yang tertarik menjalankan usaha ekspor produk-produk holtikutura.
Arab Saudi
Sejak tahun 2015 lalu, pemerintah Indonesia makin gencar mempromosikan berbagai macam sayuran Indonesia ke Arab Saudi. Sebelumnya negara paling kaya di Timur Tengah ini sudah sering mengimpor daun bawang, bawang merah, bawang putih dan beberapa sayuran lainnya secara langsung dari Indonesia.
Sampai saat ini nilai ekspor sayur Indonesia ke Arab Saudi masih tergolong kecil, tidak lebih dari 0,027% dari keseluruhan impor sayur yang dilakukan oleh negara tersebut. Namun pada sisi yang lain hal ini dapat dijadikan sebagai sebuah peluang baru untuk mengekspor sayuran Indonesia ke Arab Saudi dalam jumlah yang lebih besar lagi.
Korea Selatan
Negara Asia lainnya yang memiliki prospek bagus untuk dijadikan pangsa pasar sayuran dari Indonesia adalah Korea Selatan. Tahap perintisannya telah dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah yang pada tahun kemarin berhasil mengekspor beberapa macam produk holtikuturan unggulan daerah tersebut ke negeri ginseng seperti kentang, cabe, dan kobis.
Menurut informasi yang beredar, harga sayur di Korea Selatan itu sangat mahal. Untuk sekilo kentang saja, harus dibeli dengan harga kurang lebih 55 ribu rupiah. Kemudian untuk kobis bisa menembus angka 4,5 ribu dan cabe 10 ribu rupiah per biji. Kesempatan menggiurkan ini tentu tidak boleh disia-siakan begitu saja.
Kendala dan Masalah yang Paling Sering Muncul
Meski peluang pasarnya terbuka begitu lebar, namun bukan berarti kegiatan ekspor sayur dari Indonesia ke negara-negara Asia itu mudah dilakukan begitu saja. Banyak sekali kendala dan masalah yang harus diselesaikan secara bersama-sama antara petani, pelaku usaha atau pihak pengekspor dan pemerintah.
Kualitas Produk
Salah satu masalah tersebut berkaitan dengan urusan kualitas. Selama ini banyak pengekspor sayur Indonesia yang hanya mengejar segi kuantitasnya saja. Padahal masalah kualitas adalah hal yang sangat penting dan tidak boleh disepelekan.
Semua negara Asia yang menjadi importir selalu menerapkan standar tinggi terhadap produk sayuran yang masuk ke wilayahnya. Karena hal ini berkaitan erat dengan masalah kesehatan, seperti wabah atau penularan penyakit, penyebaran virus dan hama antara negara dan lainnya.
Keterbatasan Produk
Sebenarnya, permintaan sayur Indonesia dari negara-negara importir di Asia itu sangat tinggi. Tapi patut disayangkan, hasil produk holtikutura yang tersedia belum dapat memenuhi kuota sesuai yang ditetapkan oleh pihak importir. Meski merupakan negara agraris namun hasil dari industri holtikutura Indonesia kurang mencukupi untuk diekspor.
Sebagian besar sayur produk petani Indonesia selalu habis untuk pasar lokal saja. Sedangkan penyebabnya antara lain, ketersediaan lahan yang terbatas bahkan ada yang justru mengalami penyusutan. Sudah bukan rahasia lagi bahwa banyak lahan pertanian di Indonesia yang sudah beralih fungsi menjadi pemukiman, pelebaran jalan, pembangunan pabrik, dan sebagainya.
Belum ada Kawasan Khusus
Sampai saat ini Indonesia belum mempunyai suatu kawasan khusus pertanian skala besar dan dilengkapi dengan sarana transportasi yang memadai. Lahan pertanian yang selalu menyebar di beberapa lokasi atau daerah menimbulkan kesulitan tersendiri bagi para eksportir sayuran.
Misalnya ketika mendapat pesanan dari luar negeri pihak eksportir harus keliling ke beberapa kawasan pertanian pada lokasi yang berbeda-beda. Penyebabnya karena tidak ada petani yang mampu menenuhi pesanan tersebut sekaligus. Bahkan ada lahan pertanian yang jenis tanaman atau produksinya sama, namun dengan jarak yang sangat berjauhan.
Kemudian terkait dengan transportasi, sedikit banyak hal ini juga berpengaruh besar terhadap kualitas sayur yang akan dikirim keluar negeri. Contohnya apabila transportasinya tersendat-sendat, maka sayuran tersebut akan membusuk atau rusak sebelum sampai ke penampungan dan pengolahan.
Masalah Harga
Pasti sudah banyak yang tahu, ada sebagian jenis sayur atau buah impor yang harganya lebih murah dibanding sayur dari petani Indonesia sendiri. Jadi dapat bahwa dikatakan harga sayur lokal itu mahal. Jika dipasarkan keluar negeri, harga yang sudah mahal ini akan ditambah lagi dengan biaya lain seperti pengiriman, pajak dan sebagainya.
Akibatnya, dari segi harga produk sayuran Indonesia kurang mampu bersaing dengan produk sejenis lainnya dari negara lain. Urusan tentang harga ini memang tergolong rumit sebab ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi.
Misalnya upah tenaga kerja, harga pupuk yang tinggi, biaya pengangkutan barang yang juga sangat besar dan lainnya. Kunci penyelesaian permasalahan ini berada pada pihak pemerintah sebagai regulator. Tetapi tentu saja tanpa bantuan dari pihak terkait khususnya para eksportir, semua masalah tersebut tidak akan dapat diselesaikan secara tuntas.