Usaha Meningkatkan Ekspor Kepiting dan Rajungan Indonesia di Pasar Asia
Kepiting merupakan satu satu jenis binatang air yang sangat disukai masyarakat dunia untuk dijadikan bahan makanan. Sungguh beruntung Indonesia karena mempunyai persediaan yang berlimpah. Hampir di semua perairan dan garis pantai di tanah air dapat dijumpai hewan yang selalu berjalan dengan miring tersebut. Jenisnya ada dua, kepiting bakau dan rajungan.
Selain laris dijual di pasar lokal, kepiting dan rajungan juga sudah menjadi komoditas ekspor andalan Indonesia dengan pangsa pasar yang sangat luas. Karena itu banyak yang tertarik dan ingin membudidayakannya sebagai hewan ternak meski sebenarnya hewan ini bisa ditangkap di lautan lepas perairan Indonesia.
Saat ini Indonesia telah berhasil berperan sebagai salah satu negara pengekspor terbesar dunia dalam komoditas kepiting atau rajungan. Nilainya ekspornya tidak saja tinggi tapi juga sangat fantastis. Pada tahun 2013 saja, selama 6 bulan negara ini berhasil mengekspor komoditas ini dengan nilai total mencapai 198 juta US Dollar atau sekitar 2,25 triliun rupiah.
Potensi Budidaya dan Peluang Ekspor
Karena memiliki potensi ekspor yang sangat tinggi, peluang untuk membuka usaha budidaya kepiting sangat terbuka lebar. Jadi pengiriman keluar negeri atas produk ini tidak hanya akan mengandalkan ketersediaan dari alam saja.
Selama ini permintaan produk kepiting dari luar negeri terus meningkat tajam. Tetapi apabila hanya mengandalkan dari alam saja, permintaan tersebut pasti tidak akan bisa terpenuhi. Atas dasar inilah pemerintah selalu memberi dorongan kepada para pelaku usaha di tanah air untuk melakukan budidaya kepiting dan rajungan dengan cara membuka tambak.
Dukungan Pemerintah dan Pangsa Pasar
Terkait dengan hal ini Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) Indonesia pada tahun 2015 lalu sudah menerbiktan peraturan khusus tentang sistem penangkapan kepiting, rajungan, dan lobster. Tujuan dari penerbitan peraturan ini adalah untuk mendorong peningkatan produksi komoditas tersebut agar tidak tergantung lagi pada alam.
Hasil penangkapan kepiting dan rajungan, baik yang berasal dari alam maupun budidaya bisa diekspor keluar negari dalam wujud masih hidup atau segar, beku dan dalam kemasan kaleng. Namun sebagian besar permintaannya adalah dalam bentuk segar dan beku.
Dalam pasar Asia, negara yang paling suka mengimpor kepiting dan rajungan dari Indonesia, yaitu Tiongkok. Total permintaannya mencapai 80 ton tiap bulan. Padahal selama ini permintaan tersebut baru dapat dipenuhi sekitar 30 ton saja. Selain itu Hongkong, Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Taiwan dan Malaysia juga sering mengimpor kedua jenis produk ini dari Indonesia.
Tingginya permintaan tersebut merupakan suatu bukti jika kepiting dan rajungan selalu laris di pasar luar negeri, khususnya di kawasan Asia. Masyarakat di negara-negara tersebut sangat suka mengkonsumsi kepiting dan rajungan sebab dianggap sebagai santapan yang lezat, enak, dan bergengsi.
Nilai Ekonomi
Nilai ekonomi produk kepiting dan rajugan tidak hanya terletak pada dagingnya saja. Bagian kulitnya juga sangat laku dijual, terutama sesudah diolah untuk dikeringkan. Setelah kering, kulit kepiting atau kulit rajungan tersebut dijadikan sumber mendapat kandungan Karotenoid, chitosan dan chiting.
Ketiganya kandungan tersebut bermanfaat tinggi untuk dijadikan bahan pembuatan kosmetik, dan obat-obatan. Selain itu banyak perusahaan luar negeri yang mengolahnya kembali untuk dijadikan makanan baru atau sebagai bahan pengawet makanan alami.
Kelebihan Sistem Budidaya
Usaha budidaya kepiting dan rajungaan merupakan kegiatan bisnis yang mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Teknologi yang dibutuhkan dalam usaha ini antara lain pembenihan, penggemukan atau pembesaran, produksi kepiting soka atau kepiting lunak dan kepiting yang sedang bertelur.
Usaha budidaya menjadi jalan terbaik untuk memenuhi kebutuhan pasar ekspor kepiting dan rajungan. Karena jika hanya mengambil dan menangkap dari alam saja, permintaan ini pasti tidak akan bisa terpenuhi.
Sistem Pemanenan dan Penyortiran
Kepiting dan rajungan yang ditangkap oleh para nelayan, terutama yang berasal dari laut dan perairan pasti terdiri dari beragam mutu atau kualitas. Oleh karena itu, dibutuhkan keahlian khusus sehingga produk tersebut bisa memenuhi standar dan syarat untuk diekspor.
Untuk kepiting dan rajungan yang jenis kelaminnya jantan, bagian bawah perut harus ditekan. Jika terasa padat dan keras, hal ini menandakan hewan ini punya kualitas bagus. Sedangkan untuk kepiting yang lagi bertelur atau betina, jumlah telurnya minimal 40% dari kemampuan hewan ini dalam menghasilkan telur.
Agar bisa mengetahui bagian dalam tubuhnya dibuka dengan sendok atau pisau. Jika telurnya sudah penuh dan terlihat berwarna merah, artinya kepiting atau rajungan tersebut sudah layak untuk diekspor. Tapi apabila masih sedikit, sebaiknya disimpan dulu selama 2 atau 3 minggu dalam tambak agar nilai jualnya bisa menjadi lebih tinggi.
Syarat lainnya yang harus dapat dipenuhi untuk mengekspor kepiting dan rajungan, capit atau kaki dayungnya tidak boleh ada yang patah. Selain itu jari-jarinya juga harus dalam keadaan yang sama atau paling banyak hanya ada 2 jari saja yang boleh patah.
Berikutnya kepiting atau rajungan yang akan dikirim keluar negeri tidak boleh ada yang loyo. Jika ada yang lemah, kemungkinan besar dapat mati dalam perjalanan saat pengiriman. Oleh sebab itu, harus dipilih yang kondisinya benar-benar masih segar dan sehat.
Sistem Pengiriman
Sebelum dikirim dan diekspor keluar negeri, kepiting dan rajungan harus dirawat serta diikat lalu disimpan paling sedikit selama satu hari penuh. Caranya, rendam binatang tersebut dalam tandon berisi air laut atau air tawar sesuai jenisnya. Jika memakai air laut, pilihlah yang tidak terlalu banyak kandungan garamnya karena bisa membuat kaki rajungan atau kepiting mudah patah.
Setelah direndam bisa langsung ditiriskan sekitar 2 hingga 3 jam pada bak penampungan atau kotak keranjang. Apabila dikirim dalam kondisi basah, komoditas ini mudah lemas dan mati. Terutama sekali untuk jenis kepiting warna merah.
Usai ditiriskan dan kondisinya sudah kering, dapat dimasukan dalam kotak sterofoam. Tetapi sebelum hal ini dilakukan sebaiknya bagian perutnya dilap lebih dulu hingga semua kotoran yang masih menempel dapat dibersihkan agar tidak menimbulkan bau busuk.
Langkah berikutnya, kotak sterofoam yang dipakai untuk mengemas harus dibuatkan lobang sebanyak mungkin agar sirkulasi udaranya dapat berjalan baik. Dalam hal ini eksportir harus berkoordinasi dengan pihak ekspedisi karena ada beberapa aturan khusus tentang standar atau mutu sterofoam yang dipakai dan jumlah maksimal lobang yang mendapat izin.
Setelah tersusun dengan rapi dalam kotak sterofoam, tutupnya diberi lakban agar tidak dapat terlepas saat dikirim. Setelah itu 1 hari sebelum dikirim, lengkapi dulu dengan surat karantina pada instansi yang terkait. Kemudian yang terakhir akan diberi kode SMU atau Surat Muatan Udara jika menggunakan jasa ekspedisi pesawat terbang.
Waktu terbaik untuk mengekspor kepiting dan rajungan yaitu antara bulan Desember sampai Juli atau Agustus. Hal ini berhubungan erat dengan keadaan cuaca di negara-negara yang jadi negara tujuan ekspor utama, yaitu Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, Taiwan, dan Hongkong.
Pada saat-saat tersebut negara-negara ini sedang memasuki musim dingin. Tingkat konsumsi masyarakat atas makanan olahan kepiting dan rajungan akan meningkat pada musim tersebut. Selain itu, di Tiongkok ada perayaan hari raya Imlek yang biasanya dilalui dengan pesta besar.